wellcomee...!!!

WELLCOME to My Blog Cess

Senin, 07 Mei 2012

Anomali Titanic


LEWAT satu abad, tepatnya pada 15 April 2012 lalu, orang masih memperbincangkan kapal pesiar Titanic yang tenggelan di Laut Atlantik. Kapal paling besar, tercanggih, dan termewah pada zamannya itu, tenggelam pada dinihari tanggal 15 April 1912.
Legenda ini terkenal karena jasa James Cameron mengangkatnya ke layar lebar. Karya Cameron sepertinya menenggelamkan novel Buya HAMKA yang sebelumnya cukup kesohor, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck.
Hingga saat ini, banyak kalangan masih mendiskusikan penyebab Titanic akhirnya kandas pada kedalaman 4 kilometer di dasar laut. Kejadiannya memang sudah jelas, kapal itu menabrak gunung es yang merobek 90 meter lambung bajanya, sehingga 1.500 lebih nyawa melayang. Namun, apa alasan utama (raison d’etre) kapal bisa menabrak es, memicu sejumlah teori.
Hasil penyelidikan menyebutkan, saat kejadian ada peningkatan gravitasi bumi yang membuat air laut pasang dan mengangkat puncak-puncak gunung es. Penelitian lain menyimpulkan, terjadi fatamorgana di atas permukaan laut, sehingga cahaya terbelokkan dan kapten kapal tidak bisa melihat gunung es.
Ada pula pihak yang mengkaji konstruksi baja di lambung kapal. Menurut kajian ini, paku-paku yang menyambung baja cacat produk. Akibatnya, ketika kapal menerjang gunung es, paku-paku itu lepas dan baja robek.
Dari semua teori itu, ada fakta yang tak terbantahkan. Satu jam sebelum tenggelam, Titanic sudah mendapatkan peringatan berulang kali tentang keberadaan gunung es. Antara lain dari kapal uap Californian yang mengirim pesan radio bahwa dinihari itu mereka tidak bisa bergerak karena dikepung gunung es. Namun semua peringatan itu diabaikan oleh kapten Titanic, Edward Smith.

Pelajaran Terpenting
Dari situlah anomali itu muncul. Smith adalah seorang kapten yang berpengalaman. Dia dipercaya memimpin pelayaran perdana Titanic dari Southampton di Inggris menuju New York karena keahlian dan pengalamannya. Namun Smith pula yang diduga dengan bangga berucap, ‘’Tuhan pun tidak akan mampu menenggelamkannya.’’
Pada saat itu, di tengah euforia atas puncak prestasi manusia di bidang teknologi perkapalan, ucapan tersebut dianggap biasa saja. Dalam film Titanic yang dibuat 1997 jelas terlihat penumpang menyambut ucapan Smith dengan tawa lebar. Seakan-akan tidak ada sesuatu di balik ucapan itu.
Terbuktilah kemudian betapa bencana itu datang karena human error. Ucapan sang kapten menjadi sumber dari bencana itu. Terlalu yakin dengan kecanggihan kapal membuatnya arogan dan lalai. Memang, keangkuhan Smith belum sekaliber Firaun, akan tetapi akibat ucapan itu, nasib yang diterimanya sama: tenggelam di laut.
Tuhan kok dilawan, begitulah kira-kira komentar umum atas fenomena tersebut. Ya, begitu banyak pelajaran dari Titanic. Pelajaran terpenting, manusia tidak boleh menyimpang dari jati dirinya. Manusia adalah makhluk yang kecil tapi suka membesarkan diri. Apa pun kecanggihan manusia tidak akan melebihi setetes air di samudera ilmu Tuhan.
Apakah Tuhan menghukum Smith dan ribuan penumpang Titanic? Tidak. Tuhan tahu kebodohan manusia dan tidak menjatuhkan hukuman berdasarkan kelemahan makhluk-Nya. Manusialah yang menghukum dirinya sendiri. Arogansi menciptakan anomali dalam jiwa manusia. Itulah awal dari banyak malapetaka.
Barangkali kutipan ini membantu menjelaskan logika tersebut: ‘’Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia, niscaya dia berpaling dan menjauhkan diri dengan sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan, niscaya dia berputus asa.’’ (QS Al-Isra: 83).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar