Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak mencatat
banyaknya ribuan remaja perempuan Indonesia menjadi korban perdagangan
seksual setiap tahun. Rata–rata, setiap tahun sebanyak 40 ribu hingga 70
ribu remaja perempuan di Indonesia menjadi korban sindikat perdagangan
seksual.
Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, mengatakan pihaknya seringkali
melakukan investigasi hingga pulau Batam. Selain itu daerah perdagangan
seksual bahkan sudah mencapai luar wilayah hukum Indonesia yakni Nagoya,
Jepang.
“Jalurnya, Batam, Nagoya, Tanjung Balai Karimun, Singapura lebih dekat. Kalau sudah kesitu sulit langsung diselidiki. Singkawang juga. Dibawah 18 tahun perempuan, dan per tahun bisa 40-70 ribu setahun, mempekerjakan, prostitusi, pembantu, korban perdagangan manusia seksual komersial. Belum lagi bicara narkoba, anak remaja jadi sasaran,” katanya kepada wartawan, Rabu (03/10/2012).
Arist menambahkan, rata–rata perdagangan seksual tersebut sudah berupa sindikat. Yakni dimana terdapat dugaan suap yang dilakukan oleh pihak imigrasi.
“Polisi harus berani membongkar ini, karena yang namanya sindikat pasti ada permainan di dalamnya, ada tukang ojek, warung, imigrasi, pedagang, dan ada suap disitu,” ungkapnya.
Saat ini, kata dia, angka kekerasan terhadap anak naik dari 18 persen menjadi 22 persen kasus. Sementara Kota Depok menjadi salah satu kota tertinggi kasus kekerasan dan kriminal anak.
“Jalurnya, Batam, Nagoya, Tanjung Balai Karimun, Singapura lebih dekat. Kalau sudah kesitu sulit langsung diselidiki. Singkawang juga. Dibawah 18 tahun perempuan, dan per tahun bisa 40-70 ribu setahun, mempekerjakan, prostitusi, pembantu, korban perdagangan manusia seksual komersial. Belum lagi bicara narkoba, anak remaja jadi sasaran,” katanya kepada wartawan, Rabu (03/10/2012).
Arist menambahkan, rata–rata perdagangan seksual tersebut sudah berupa sindikat. Yakni dimana terdapat dugaan suap yang dilakukan oleh pihak imigrasi.
“Polisi harus berani membongkar ini, karena yang namanya sindikat pasti ada permainan di dalamnya, ada tukang ojek, warung, imigrasi, pedagang, dan ada suap disitu,” ungkapnya.
Saat ini, kata dia, angka kekerasan terhadap anak naik dari 18 persen menjadi 22 persen kasus. Sementara Kota Depok menjadi salah satu kota tertinggi kasus kekerasan dan kriminal anak.
“Di Depok gagal menjadi kota layak anak, tak ada program yang
betul–betul peduli pemberdayaan anak, semuanya kriminal. Semua
ditangkapin. Tawuran dimana–mana, enggak punya panti–panti sosial.
Pemerkosaan yang baru saja terjadi di Depok, yang menimpa ASS pelajar
yang kenalan dengan teman via FB, juga diduga merupakan sindikat karena
korban nyaris dijual ke Batam,” tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar